Minggu, 14 Oktober 2018

Ilmu Sebagai Isi Kurikulum Pendidikan Islam



  1. Pengertian, Fungsi, Dan Prinsip-Prinsip Kurikulum Pendidikan Islam
1.      Pengertian kurikulum pendidikan islam
Didunia pendidikan sekarang ini, telah dihebohkan dengan adanya kurikulum baru yaitu kurikulum 2013, dimana proses  perubahan yang terjadi untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Di Indonesia sendiri memiliki perubahan kurikulum mulai dari kurikulum 1947 atau disebut Rentjana pelajar 1947, kurikulum 1952 atau rentjana pelajar terurai 1952, kurikulum 1964 atau tentjana pendidikan 1964, kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 1994 dan suplemen kurikulum 1999, kurikulum 2004 atau KBK (kurikulum berbasis kompetensi), kurikulum 2006 atau KTSP (Kurikulum tingkat satuan pendidik), sampai yang sekarang ini kurikulum 2013.

Pada dasarnya istilah “kurikulum” berasal dari bahasa yunani, yaitu curir (pelari) dan curere (tempat berpacu), dan pada awalnya digunakan dalam dunia olahraga pada jaman yunani kuno. Dan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kurikulum berarti perangkat mata pelajaran yang diajarkan pada lembaga pendidikan atau perangkat kuliah mengenai keahlian khusus. Dan menurut UU No 20 tahun 2003, kurikulum adalah seperangkat rencana serta harapan pengaturan yang berkaitan dengan isi, tujuan, cara serta bahan ajar yang digunakan untuk pedoman dalam menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar demi tercapainya tujuan pendidikan nasional.

Pengertian kurikulum sejalan dengan tujuan pendidikan yang menjadikan manusia sebagai khalifah dibumi. Dan Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk mendidik anak agar menjadi manusia yang sempurna hidupnya, yaitu kehidupan dna penghidupan manusia yang selaras dengan alamnya (kodratnya) dan masyarakat. Fitrahnya manusia memiliki kemampuan yang di berikan oleh Allah SWT sejak lahir, yang harus di kembangkan dan dioptimalkan agar manusia dapat mencapai tingkat kesempurnaan.

2.      Fungsi pendidikan islam
Pada hakekatnya pendidikan islam adalah suatu proses yang sifatnya berkelanjutan dan berkesinambungan. Berdasarkan hal ini maka tugas dan fungsi pendidikan islam adalah pendidikan manusia seutuhnya dan berlangsung sepanjang kehidupan manusia tersebut. konsepsi ini selaras dengan perkembangan jasmani dan rohani manusia yang senantiasa dinamis dan berkembang dari waktu ke waktu sampai akhir hayat.[1]
 
Dalam menjalankan fungsinya pendidikan islam tidak begitu saja dapat dilaksanakan dengan baik tanpa adanya situasi dan kondisi yang kondusif. Berdasarkan pertimbangan ini maka fungsi pendidikan islam dapat ditinjau dari segi struktural dan segi institusional. Dimensi struktural, pendidikan menuntut adanya struktur organisasi yang mengatur jalannya proses pendidikan. Sedangkan dimensi institusional mengisyaratkan tuntunan bagi pendidikan islam untuk dapat memenuhi kebutuhan dan mengikuti perkembangan jaman.[2]

Adapun menurut Abdul Rahman Shaleh dalam bukunya.... pendidikan Agama Islam & pembangunan watak bangsa, fungsi pendidikan agama islam yaitu :[3]
  1. Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia
  2. Kegiatan pendidikan dan pengajaran
  3. Mencerdaskan kehidupan bangsa
  4. Membangkitkan semangat studi keilmuan dan IPTEK
Dari pemaparan tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi kurikulum pendidikan islam adalah membimbing dan mengarahkan peserta didik secara dengan menyediakan fasilitas agar tujuan pendidikan dapat berjalan dengan lancar dan tercapai secara optimal

3.      Prinsip pendidikan islam
Syaifuddin Sabda mengemukakan bahwa Alqur’an adalah kitab terbesar yang menjadi sumber filsafat pendidikan dan pengajaran bagi umat islam. Sudah seharusnya kurikulum pendidikan islam disusun sesuai Alqur’an dan ditambah dengan hadist yang melengkapinya. Sebab didalam dua pusaka umat islam itu telah tersedia kerangka dasar pedoman dan penyusunan kurikulum pendidikan islam yang diantaranya adalah[4]

  1. Sesuai dengan Alqur’an bahwa yang menjadi kurikulum ini pendidikan Islam adalah Tauhid dan harus dimantafkan sebagai unsur pokok yang tidak dapat dirubah. Pemantapan kalimat tauhid sudah mulai sejak bayi dengan mendengarkan lafadz azan dan iqomah seketika saat bayi dilahirkan
  2. Kurikulum inti selanjutnya adalah perintah “membaca” ayat-ayat Allah yang meliputi tiga macam ayat Allah yaitu: ayat Allah yang berdasarkan wahyu, ayat Allah yang berada pada diri manusia, dan ayat Allah yang terdapat dibumi semesta di luar manusia.
Sepintas dua konsep tauhid merupakan dua prinsip yang tidak dapat dibantah lagi. Keduanya merupakan prinsip kurikulum islam yang normatif. Dan kajian historis ayat tersebut merupakan fakta yang sudah ada di zaman Rasulullah SAW.  Yang menjadikan tradisi belajar sebagai program prioritas dalam kesehariannya yang menampilkan manusia penuh dengan kegairahan dalam hidup, semangat dalam berjuang  dan energi yang begitu besar untuk berprestasi.

Dalam pandangan filosofis kekuatan manusia dalam memegang prinsip dan nilai-nilai kebenaran sangat ditentukan oleh kualitas ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Semakin dalam pengetahuan yang dimiliki maka semakin kokoh keberpihakannya terhadap nilai-nilai yang dianggapnya benar pada saat yang sama diyakini dan tumbuh kesadaran untuk mensosialisasikannya. Dengan kata lain, seseorang akan benar-benar kokoh prinsip dan keyakinannya mana kala secara teoritis, filosofis dan praktis. Dia memiliki sistem penjelasan yang rasional dalam menjawab tantangan kehidupan yang dihadapi. Walaupun sepintas dia terlihat sebagai manusia yang biasa-biasa saja.[5]
 
Pada intinya kurikulum pendidikan islam harus memenuhi unsur ketauhidan, keagamaan, pengembangan potensi manusia sebagai khalifah Allah, pengembangan hubungan antar manusia dan pengembangan diri sebagai individu. Serta memegang erat prinsip-prinsip yang dirumuskan dalam pendidikan islam yakni prinsip pertautan yang sempurna dengan agama, ajaran dan nilai-nilai menyeluruh (universal) pada tujuan dan kandungan kurikulum, tujuan relatif yang berkesinambungan, peningkatan minat dan bakat masing-masing individu, memiliki keterkaitan antara pengalaman dan aktivitas yang terkandung dalam kurikulum dengan zaman dan tempat yang berbeda demi tujuan pendidikan Islam dapat tercapai.
  1. Ilmu Dalam Perspektif Islam Dan Klasifikasinya
Dalam perspektif islam, studi keilmuan akan lebih baik apabila dipahami denganmerujuk pada sumber utamanya yaitu Alqur’an dan Hadist. Pada dasarnya ilmu pengetahuan sangat terkait dengan akidah. Karena penguasaan ilmu berdampak langsung apada prilaku seseorang. Imam Al-Ghazali membagi ilmu dalam dua klasifikasi utama yaitu: ilmu fardu ain, dan ilmu fardu kifayah[6]
 
Allah berfirman “Allah SWT akan menginggikan orang-orang yang beriman diantara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat, dan Allah SWT maha mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al-Majadalah: 11) dalam Hadispun dijelaskan “barang siapah yang mencari ilmu maka ia di jalan Allah SWT sampai ia pulang” (HR. Tarmidzi).

Ilmu dalam islam tidak hanya sekedar informasi, tapi ilmu itu memancarkan pengenalan terhadap sesuatu. Orang yang bertambah ilmunya maka bertambah pula keimanannya. Ilmu itu meramgkum keyakinan dan kepercayaan yang benar (iman) (alattas). Tujuan mencari ilmu adalah untuk menanamkan kebaikan dan keadilan kepada manusia, sebagai manusia dan pribadi dalam rangka mencari Rido Allah SWT dan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat.

Tujuan ilmu untuk menghilangkan kekeliruan iman, dan bisa membedakan antara yang haq dan bathil. Kategorisasi utama dari segi kewajiban mencari ilmu adalah pembagian ilmu menjadi fardhu ‘ain dan fardhu kifayah. Ilmu fardhu‘ain adalah ilmu yang wajib bagi tiap-tiap individu muslim mengetahuinya. Mencakup ilmu yang berkenaan dengan i’tiqad (keyakinan). Ilmu-ilmu yang menyelamatkan dari keraguan (syakk) iman. Tujuan ilmu ini untuk menghilangkan kekeliruan iman, dan bisa membedakan antara yang haq dan bathil. Dimensi lain – dari ilmu fardhu ‘ain – adalah ilmu-ilmu yang berkenaan dengan perbuatan yang wajib akan dilaksanakan. Misalnya, orang yang akan berniaga wajib mengetahui hukum-hukum fiqih perniagaan, bagi yang akan menunaikan haji wajib baginya memahami hukum-hukum haji. Dan ilmu-ilmu yang berkaitan dengan persoalan-persoalan yang harus ditinggalkan seperti sifat-sifat tidak terpuji dan lain-lain.

Sedang ilmu fardhu kifayah adalah ilmu yang wajib dipelajar oleh sebagian masyarakat Islam, bukan seluruhnya. Dalam fardhu kifayah, kesatuan masyarakat Islam secara bersama memikul tanggungjawab kefardhuan untuk menuntutnya (Imam al-Ghazali, Ihya’ Ulumuddin jilid 1). Dinamisasi konsep fardhu ‘ain dan fardlu kifayah sangat signifikan menunjang pembaharuan pendidikan yang lebih beradab. Dalam perspektif Imam al-Ghazali, pengajaran yang baik itu bukan bersifat juz’i (parsial) tapi kulli (komprehensif).

  1. Contoh Kurikulum Pendidikan Islam (Klasik Dan Modern)
Membanding konsep pendidikan modern dengan pendidikan klasik.
No
Faktor pembanding
Pendidikan modern
Pendidikan klasik
1
Pendidikan Moral
Penanaman Humanisme dengan cara Anti Kekerasan
Penanaman Humanisme dengan menggunakan Kekerasan dalam taraf wajar
2
Fungsi guru
Sebagai Motivator dan Fasilitator.
Pusat segala aktivitas pendidikan baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah.
3
Penerapan Etika
Tergantung pada masing-masing individu peserta didik
Wajib diterapkan di dalam maupun luar lingkungan sekolah.
4
Punishment and Reward.
berupa himbauan dan apresiasi sesuai dengan kompetensi peserta didik.
Berupa himbauan dan apresiasi sesuai dengan kompetensi peserta didik.
    
Pondok pesantren adalah lembaga pendidikan Islam tertua yang merupakan produk budaya Indonesia. Keberadaannya pesantren di Indonesia di mulai sejak Islam masuk di negeri ini dengan mengadopsi sistem pendidikan keagamaan. Sebagai lembaga pendidikan yang telah lama ada di negeri ini, pondok pesantren diakui memiliki andil yang sangat besar terhadap perjalanan sejarah bangsa. Pesantren tidak hanya melahirkan tokoh-tokoh nasional yang paling berpengaruh di negeri ini, tetapi juga diakui telah berhasil membentuk watak tersendiri, di mana bangsa Indonesia yang mayoritas beragama Islam yang dapat menyesuaikan diri dan penuh tenggang rasa.[7]

Modernisasi pendidikan Islam pertama kali setidaknya mempunyai dua kecenderungan, antara lain: pertama, adopsi sistem dan lembaga pendidikan modern secara hampir menyeluruh yang bertitik tolak pada sistem kelembagaan pendidikan modern (Belanda), misalnya yang dilakukan oleh Abdullah Ahmad melalui Madrasah Adabiyah yang kemudian diubah menjadi Sekolah Adabiyah. Di sekolah ini mengadopsi seluruh kurikulum Belanda; dan hanya menambahkan pelajaran agama 2 jam dalam sepekan. Kedua, modernisasi pendidikan Islam yang  bertitik tolak dari sistem dan kelembagaan pendidikan Islam sendiri. Modernisasi  ini dilakukkan di dunia pesantren, surau, melalui adopsi aspek-aspek tertentu dari  sistem pendidikan modern, khususnya dalam kandungan kurikulum, teknik dan metode pembelajaran[8]
                   
Daftar Pustaka

Nik Haryanti. 2014.  Ilmu Pendidikan Islam. Malang: gunung samudera.

Kkholil Hasib. Filsafat ilmu dan problem metodologi pendidikan islam. Universutas Gontor. Vol 9 No 2 Desember 2014

Muhammedi. Perubahan Kurikulum di Indonesia. Vol IV, No 1, januari-juni 2016

Amin Haedari, Transformasi Pesantren: Pengembangan Aspek Pendidikan, Keagamaan dan Sosial. (Jakarta: LeKDiS & Media Nusantara, 2006) Cet Ke-1 hal 3


[1] Nik Haryanti. Ilmu Pendidikan Islam. (Malang: gunung samudera, 2014) Hlm 39
[2] Ibid Hlm 40
[3] Ibid Hlm 41
[4] Muhammedi. Perubahan Kurikulum di Indonesia. Vol IV, No 1, januari-juni 2016 Hal 64
[5] Ibid hal 65
[6] Kkholil Hasib. Filsafat ilmu dan problem metodologi pendidikan islam. Universutas Gontor. Vol 9 No 2 Desember 2014 hal 155-156
[7] Amin Haedari, Transformasi Pesantren: Pengembangan Aspek Pendidikan, Keagamaan dan Sosial. (Jakarta: LeKDiS & Media Nusantara, 2006) Cet Ke-1 hal 3
[8] Ibid hal 10-11